Www.Hoyajp.com - Menurut kisahnya, Syekh Siti Jenar bisa dianggap saingan berat para Wali Sanga yang secara politik mendukung eksistensi Kerajaan Islam pertama di Jawa, Demak. Sebuah kerajaan yang kemudian runtuh seiring berdirinya Kerajaan Pajang.
Kerajaan Demak adalah simbol keunggulan ajaran wahdatul syuhud sedangkan Kerajaan Pajang yang diteruskan Kerajaan Mataram adalah simbol keunggulan ajaran wahdatul wujud. Dua aliran tasawuf yang berkembang di Jawa. Wahdatul syuhud berkembang berdasarkan tradisi fiqh sedangkan _wahdatul wujud_mengakar dari tradisi mistik.
Syehk Siti Jenar dalam konteks ini adalah guru dari ajaran wahdatul wujud melalui konsep yang sangat populer, manunggaling kawula Gusti - bersatunya manusia dengan Tuhan.
Bila dicermati, ajaran Syekh Siti Jenar ini diduga memiliki titik temu dengan ajaran agama Hindu tentang hakikat manusia dalam ajaran Upanisad. Ajaran Upanisad ini menyatakan bahwa Tuhan (Brahman) berimanensi dalam alam semesta (makrokosmos) dan tubuh manusia (mikrokosmos). Imanensi Brahman di dalam tubuh manusia disebut Atman. Di dalam mistik Hindu, jiwa manusia pada akhir perjalanannya, lebur menjadi satu dengan Tuhan.
Konon, ajaran mistik Syekh Siti Jenar ini memikat banyak orang. Apalagi kalangan orang-orang yang masih setia pada Majapahit. Tokoh-tokoh seperti Ki Ageng Pengging, Ki Wanabaya, Ki Cantulaka, Ki Bisana, Ki Lothang, dan lain-lain berguru kepada Syekh Siti Jenar. Mereka rela menjadi pengikut Siti Jenar karena memiliki ideologi yang sama, selain kemampuan gurunya yang bisa meramu dakwahnya dengan spiritualitas lokal.
Sebagai orang-orang yang berlatar belakang agama Hindu yang secara politis tersingkir karena hegemoni Demak, mereka lebih cocok dengan dakwah Syekh Siti Jenar. Apalagi dalam ajarannya, Syekh Siti Jenar mendekonstruksi sistem kerajaan. Dia merombak sistem raja kawula atau gusti kawula menjadi sistem kemasyarakatan. Sistem ini disebut sebagai masyarakat ummarah yang terdiri dari khabilah sebagai satuan terkecil, kemudian nagari, lalu masyarakat ummarah.
Atas dasar sistem tersebut, penentuan pemimpin masing-masing tingkatan itu tidak berdasarkan keturunan, tetapi dipilih oleh sahabat-sahabat terkasih. Ukuran seorang pemimpin adalah memiliki derajat rohani lebihtinggi dibandingkan manusia lainnya.
Gagasan ini sangat penting karena memperjuangkan asas persamaan dan pembelaan terhadap hak rakyat. Ini pula yang menjadi alasan pemberontakan kepada kekuasaan Demak. Tidak heran bila gerakan ini mendapatkan dukungan dari orang-orang Majapahit yang tersingkirkan karena alasan agama dan politik.
Syekh Siti Jenar juga mengusung semangat pembebasan Jawa dari penguasa asing, yakni Raden Patah -keturunan Cina yang didukung oleh Wali Sanga yang hampir semua juga keturunan asing. Konon hanya Sunan Kalijaga yang dianggap satu-satunya wali pribumi.
Dalam situasi persaingan politik seperti itu, akhirnya penguasa Demak didukung Wali Sanga sepakat menghabisi Syekh Siti Jenar. Isu yang dipakai adalah soal ajaran agama. Digaungkanlah bahwa ajaran manunggaling kawula Gusti sebagai ajaran menyimpang dan bertentangan dengan ajaran agama yang resmi dianut negara dan Wali Sanga, yakni wahdatul syuhud. Kurang lebihnya ajaran Syekh Siti Jenar dianggap menista agama resmi.
Sekalipun, Sunan Kalijaga sebenarnya juga menganut ajaran manunggaling kawula Gusti. Itulah yang namanya politisasi agama. Eee... balutan keberadilan yang didambakan Bik Narti pun hilang sesaat. Syekh Siti Jenar akhirnya dihakimi dengan dinyatakan bersalah.
Hanya Sunan Kalijaga yang saat penghakiman memilih diam, yang disebut sebagai kearifannya. Ia tidak mau menghakimi orang lain yang tidak berbuat pidana. Memang layak ditanyakan sebenarnya, mengapa Kalijaga hanya berdiam dan tidak ada pembelaan terhadap Siti Jenar.
Akhir hayat Syekh Siti Jenar berakhir pada isu penistaan agama resmi negara. Hal mana kurang lebih sama dengan kisah Basuki Tjahaja Purnama. Karir politiknya juga dihabisi dengan isu penistaan agama. Sebuah tuduhan yang membuat banyak orang tetap tidak percaya. Sama halnya dengan tuduhan terhadap Siti Jenar.
Tidak heran bila ajaran Syekh Siti Jenar pun tetap tenar hingga kini. Apalagi ada mitos yang mengelilingi bahwa darah Siti Jenar ternyata berwarna putih. Pertanda kuat bahwa sejatinya Siti Jenar tidak bersalah, sesuai keyakinan Sunan Kalijaga. Memori ini ternyata tertanam begitu kuat sebagai ingatan kolektif Islam Kejawen.
Ketika ajaran Syekh Siti Jenar makin tenar, sama halnya dengan kisah Basuki Tjahaja Purnama yang makin bersinar. Perhatian, kepedulian, kebaikan kepada orang-orang yang selama ini terabaikan dan terpinggirkan tetap menjadi spirit Basuki, tanpa pandang bulu agamanya apa. Tanda seorang manusia yang imbang lahir-batinnya.
HOYAJACKPOT.com Hadir dengan Hadiah JACKPOT TERBESAR dan PERTAMA di INDONESIA. HoyaJackpot.com merupakan agen poker online terbesar untuk Anda semua pecinta permainan kartu poker online yang khususnya berada di INDONESIA. Dengan sistem teknologi baru dan server kecepatan tinggi akan membuat permainan poker Anda lebih seru dan menarik bersama teman-teman Anda maupun saingan Anda. Cukup lakukan Pendaftaran, Login dan langsung sudah dapat bermain TANPA harus download. HoyaJackpot.com dengan encrypsi server yang tinggi akan menjamin keamanan data dari para member. Raih Hadiah Jackpot RATUSAN JUTA per harinya. Jika ada pertanyaan, silahkan hubungi kita di Livechat yang kami sediakan.
SHARE:
2 komentar
Salam Hangat, selamat pagi.
Suka Main Poker Uang Asli Tetapi Kalah Terus?
Ayo Gabung Bersama Kami Di Wayangpoker
MENANG maupun KALAH Tetap mendapatkan Bonus Setiap Hari
Wayangpoker Situs terpercaya yang sudah lama berada diantara kita semua.
Minimal DEPOSIT CUKUP DENGAN Rp,20.000
Minimal WITHDRAW CUMA Rp.40.000
BBM : 2BE326CC
WWW.WAYANGPOKER.POKER
teman - teman silahkan join di DewaJudiQQ banyak hadiah dan promo menarik yang menanti anda
Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.