JAKARTA BUTUH ANGGARAN WARAS DARIPADA KENAIKAN PAJAK DAN TIM PENCEGAHAN KORUPSI

No Comments
Image result for meme anies


Www.sobatpkr.com - Baru sebulan lebih sedikit resmi menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang baru, tampaknya pemberitaan tentang betapa ajaibnya Jakarta dibawah kepemimpinan Anies Baswedan-Sandiaga Uno terus mengalir tanpa henti.

Saya sebetulnya sangat menahan diri untuk banyak menulis tentang mereka. Sebab saya takut apakah penilaian saya itu sifatnya memang obyektif atau justru sangat subyektif karena saya mungkin masih kecewa bukan Ahok-Djarot yang menang.

Jadilah di awal saya cukup menahan diri. Tapi makin ke sini kok saya rasa perasaan geram ini bukan karena masih kecewa Ahok kalah melainkan memang gemas dengan apa yang terjadi.

Contoh paling sederhana saja soal anggaran pengharum ruangan yang mencapai 300 juta hanya untuk di Gedung DPRD DKI Jakarta.

Sementara penyertaan modal di Perusahaan Daerah dikurangi sehingga kemungkinan besar tak ada lagi bantuan untuk menekan harga daging agar peserta KJP bisa membeli dengan harga murah.

Di satu sisi malah ada anggaran 600 juta lebih hanya untuk kolam ikan. Hmmm... mungkin inilah bentuk keberpihakan itu. Berpihak pada ikan, bukan manusia.

Lucunya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menaikkan pajak penerangan jalan dan pajak parkir sebagai upaya untuk menaikkan pendapatan asli daerah (PAD) seperti yang targetkan dalam Rancangan Angggaran Pendapatan dan Balanja Daerah 2018.

Saya sih nggak keberatan ada kenaikan pajak, tapi bagaimana kalau anggarannya dibuat yang beres dan efisien baru kita bicara soal mencari penerimaan pendapatan daerah yang lebih besar. Betul tidak?

Pajak penerangan jalan akan dinaikkan sebesar 3-6% tergantung pemakaian padahal di satu sisi sudah ada wacana dari Kementerian ESDM untuk mengurangi variabel kelompok pelanggan. Artinya akan ada banyak warga yang menanggung pajak yang cukup besar.

Belum lagi pajak parkir. Bayangkan sudah sekarang parkir banyak dikuasai preman kembali eh pajaknya mau dinaikkan juga.

Perbandingan dengan daerah penyangga selalu dijadikan alasan. Begini lho kita tidak harus selalu sama dengan tetangga kita karena tetangga kita belum tentu benar.

Penyerapan anggaran di DKI Jakarta memang kemarin kecil, namun banyak perbaikan dan pembangunan fasilitas umum serta kesejahteraan masyarakat. Ini bukan soal dana CSR atau apapun yang seringkali dijadikan kubu Anies-Sandi sebagai senjata seolah ada yang salah dengan cara Ahok-Djarot kemarin.

Di sini terjadi efisiensi anggaran sehingga uang menjadi utuh dan dana CSR yang memang harus dikeluarkan perusahaan tiap tahunnya betul-betul bisa dirupakan sesuatu untuk masyarakat.

Apakah daerah tetangga itu selama ini anggarannya sudah efisien? Apakah selama ini daerah tetangga dengan pajak tinggi sudah memberi feedback dengan besaran yang sesuai bagi masyarakatnya?

Lebih ngeri lagi tim TGUPP yang di masa Ahok cuma belasan orang akan menjadi 73 orang di era Anies-Sandi. Ini bukan menambah namanya, tapi ledakan jumlah anggota.

Alasannya ada banyak tim yang dibutuhkan untuk dibagi pada bidang baru yakni pembangunan ekonomi dan penataan kota, harmonisasi regulasi, dan bidang pencegahan korupsi.

Ini lucu sekali lho bayangkan untuk membangun sebuah Propinsi sampai perlu tim segendut ini. Ini Presiden apa Gubernur?

Apakah regulasinya selama ini sangat tidak harmonis, apakah pembangunan dan penataan kotanya sangat berantakan, dan apakah selama ini banyak korupsi sehingga mereka sampai butuh tim khusus untuk mengatasi?

Atau sederhananya apakah mungkin pemimpin yang sekarang merasa inkompeten sehingga butuh banyak dayang-dayang penasehat? Atau ini murni balas jasa bagi para tim suksesnya?

Jujur kejadian ini mengingatkan saya akan desas desus lama tentang seorang mantan Menteri Pendidikan yang kabarnya membawa banyak bala-bala saat Ia menjabat. 

Di mana Mantan Menteri Pendidikan tersebut juga konon terjadi salah hitung anggaran sebesar 23 trilyun rupiah. Hmm Jumlah yang sangat fantastis. 

Dulu saya tidak begitu percaya dengan berita tersebut, tapi kini justru saya berpikir mungkinkah pola yang sama sedang terulang di Ibukota?

Inilah Jakarta. Bahagia pejabatnya, pusinglah warganya.


Salam Waras



SHARE:

Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.