Www.Royalku.com - Air hujan itu harusnya masuk ke tanah, bukan di alirkan kelaut via gorong2 ga jelas. jadi kalau kebanjiran itu berkah, biarkan tanah bumi ini pelan2 menyerap airnya hingga habis dan kering. jadi Bapak Ibu sekalian, jangan mengeluh, banjir itu berkah, buktinya jaman ahok ga banjir, ga berkah, sekarangkan sudah banjir, jadi berkah... begitulah jika dibuat film komedi bertema 'Gubernurku ngaco'
Coba bayangkan situasi seperti ini. Sedikit role play dulu yah. Anda bertanya kepada saya, misalnya soal PKL liar. Anda bertanya apa pendapat saya soal PKL yang berjualan di trotoar hingga keluar ke badan jalan dan membuat macet.
Lalu saya hanya terdiam, mungkin bengong (untung tidak ketiduran) selama beberapa saat. Kemudian saya jawab, "Penanganan kemacetan harus dilakukan dengan strategi matang, bla bla bla." Bingung kan? Anda tanya apa, saya jawabnya gak nyambung.
Begitu pula yang terjadi pada Anies. Sudah sering kita lihat cara Anies menjawab pertanyaan yang dilontarkan untuknya. Dan sekarang Anies kembali menunjukkannya kepada kita, entah mungkin seolah bangga memperlihatkannya pada kita. Kemarin, Anies sempat berada di jembatan yang berada di atas Sungai Ciliwung ketika meninjau kawasan Cililitan, Kramat Jati.
Anies datang ke Cililitan untuk melihat proses pemulihan di sana. Jalanannya masih dipenuhi dengan lumpur coklat. Saat banjir, warga terpaksa harus mengungsi. Anies senang sekarang banjir sudah surut dan warga sudah kembali ke rumah mereka. "Sekarang adalah fase recovery, semua effort dari pemerintah adalah membantu warga bisa bersihkan rumahnya, kembali kepada kehidupan mereka," kata Anies.
Saat Anies berada di jembatan dan memandangi sungai, ternyata terdapat bangunan-bangunan di bantaran kali. Dan keseruan pun dimulai. Awak media bertanya kepada Anies mengenai pendapatnya terhadap bangunan-bangunan itu. Apakah harus direlokasi atau tidak.
Bagaimana reaksi Anies....?
Anies rupanya diam, tidak berkata apa-apa selama 15-20 detik. Anies seperti sedang merenung, mungkin sedang berpikir keras mau memberikan jawaban seperti apa. Maklum, Anies sangat mementingkan kata-kata. Bahaya lho kalau pemimpin cuma bisa kerja tapi tidak mementingkan kata-kata.
Bahaya lho. Jadi sangat mungkin dia sedang merangkai kata yang pas untuk menjawab. Anies menatap bangunan liar itu lagi. Tapi, setelah itu, tidak ada jawaban jelas yang disampaikan Anies. Jawabannya tidak nyambung, tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
Anies malah mengatakan bahwa penanganan banjir harus dilakukan dari hulu ke hilir. "Harus sinergi antara membereskan di hulu, bereskan aliran, dan pastikan tanggul di hilir. Tiap-tiap titik nanti dilihat. Jangan buru-buru, titik ini apa, titik ini apa," ujar Anies.
Tidak butuh IQ 200 untuk mencerna apakah jawaban Anies nyambung atau tidak. Ditanya soal bangunan bantaran kali kok malah jawab penanganan banjir dari hulu ke hilir. Ini ibarat saat kita ditanya apa kerjaan kita, lalu kita jawab kita masih jomblo. Kan tidak masuk akal.
Memang sudah fixed kalau Anies sering jawab pertanyaan dengan cara mengalihkan ke topik lain. Atau cara lainnya, pemberi pertanyaan akan dibawa muter-muter keliling sampai pusing dan mabuk sehingga pemberi pertanyaan pun jadi malas dan tak antusias lagi.
Jadi kayak Bolot. Tahu Bolot kan, yang sering jawab ngelantur. Ditanya, "Istri bapak ada di rumah?" Jawabnya, "Terima kasih udah ingetin soal ulang tahun istri saya." Bedanya kalau Bolot bisa membuat semua orang tertawa dengan tingkahnya, Anies malah bikin publik bingung dan prihatin.
Sama seperti kita berbincang dengan teman yang obrolannya gak nyambung. Lama-lama jadi malas juga kan? Begitu juga kalau sering bertanya pada Anies. Lama-lama jadi malas, karena jawabannya gak jelas, malah membuat kita makin bertanya-tanya. Kita bertanya supaya rasa penasaran kita hilang. Kalau bertanya pada Anies, rasa penasaran malah berlipat ganda.
Bahkan dulu sempat ditanya soal relokasi rumah di pinggir sungai. Istilah Anies sih geser rumah. Pas ditanya, dia tidak mau berbicara mengenai langkah menggeser rumah di pinggir sungai. "Sebentar, ini lagi pada ngungsi, jangan bicara geser dulu," kata Anies seperti diberitakan Kompas.com.
Jadi intinya kalau ditanya, ada kemungkinan dia takkan jawab, alihkan ke topik lain, atau jawab tak jelas, atau muter-muter dulu seolah ingin mengulur waktu. Kenapa harus seperti itu? Kenapa tidak simpel dan to the point saja.
Dua ditambah dua berapa? Empat. Mungkin Anies menjelaskan dengan rumus canggih gabungan fisika, kimia dan matematika untuk menjawab pertanyaan sederhana seperti itu. Istilahnya merumitkan apa yang simpel.
Begitulah kura-kura, ditanya apa, jawabnya apa. Ditanya A, larinya ke Z. Makanya publik menilai Anies tidak bisa menjawab karena memang tidak bisa menjawab. Karena mungkin dia tak punya gambaran jelas akan apa yang akan dilakukan nanti.
Mengelak dari pertanyaan adalah pertanda tidak pede, ada sesuatu yang disembunyikan, atau memang tidak bisa menjawab. Herannya untuk masalah banjir yang notabene masalah utama di Jakarta, Anies masih terlihat bengong tak tahu apa yang mau dilakukan.
SHARE:
Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.